FTSP UII ADAKAN KULIAH UMUM TENTANG POTENSI GEMPA DAN MITIGASI DAMPAKNYA TERHADAP INFRASTRUKTUR SERTA PENANDATANGANAN MOU ANTARA UII DAN BMKG

Pada jumat tanggal 8 november 2019 Universitas Islam Indonesia melaksanakan kuliah umum dengan tema “POTENSI GEMPA DAN MITIGASI DAMPAKNYA TERHADAP INFRASTRUKTUR”. Serta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjalin kerjasama dalam upaya peningkatan mitigasi bencana. Kesepakatan kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) oleh Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dan Kepala BMKG Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., di Gedung Mohammad Natsir, Kampus Terpadu UII.

Dalam diskusi turut dihadiri Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik & Riset UII, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc., Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D., Kepala Staf Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono, S.T., Dipl.Seis., M.Sc., serta Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas, S.P., M.Si. Setelah diskusi membahas kerjasama, dilanjutkan dengan kuliah umum oleh Dwikorita Karnawati.

Materi diawali oleh Dwikorita yang menceritakan tentang sejarah BMKG yang ada sejak zaman Hindia Belanda yang dibuat oleh VOC. Ia mengemukakan letak geografis Indonesia diapit oleh tiga lempeng yakni eurasia, pasifik dan indo australia yang memposisiskan Indonesia sebagai wilayah rawan bencana gempa. Dwikorita menegaskan di hadapan dosen dan mahasiswa Program Studi Teknik Sipil UII dalam kuliah umum. Bahwa “BMKG dalam hal ini bertugas untuk memonitor patahan-patahan lempeng. Dalam kurun waktu dua tahun ke depan BMKG akan melakukan penambahan sensor, kurang lebih berjumlah 500 untuk peningkatan monitoring patahan-patahan,”.

Dengan adanya kajain-kajian, ilmu pengetahuan, teknologi dan kerjasama di perguruan tinggi akan meningkatkan mitigasi bencana. Ia berharap para lulusan teknik sipil mampu membuat inovasi mitigasi gampa bumi dengan memahami pusat gempa, sehingga perlu memetakan zona-zona perambatan getaran gempa cepat maupun lambat. Hal ini menjadi dasar pertimbangan untuk lulusan teknik sipil dalam merancang bangunan. Ia juga menghimbau agar mempertimbangkan zona-zona akselerasi getaran agar perhitungan dalam mendesain bangunan dapat mengurangi resiko bencana gempa.